
The theme for this year’s Catechetical Sunday gives us the most challenging question: What can we do as Christian to make the world a better place? We listen to the Apostle Paul’s advice, “Let each of you look not only to his own interests, but also to the interests of others” (Phil 2:4). Paul is urging the Christians at Philippi to love one another. In verse four, he emphasized that as Christians, we should be unselfish and concerned about the needs of other people, not just our own needs. In other words, we are willing to share with others and care for others.
The Catholic perspective on making the world a better place is deeply rooted in the teaching of our Lord Jesus in the Scripture and in the teachings of the Church, emphasizing the importance of love, service, and moral responsibility. This approach encourages individuals to engage actively in their communities and to foster a spirit of compassion and justice. At the heart of Catholic teaching is the commandment to “love one another” (Jn 13:34). The Catechism of the Catholic Church emphasizes that love of neighbour is inseparable from love of God (CCC 1878). Catholics are called to promote social justice, which involves addressing the root causes of poverty, inequality, and violence. The Church teaches that true justice goes beyond mere charity; it requires systemic change, engaging in political processes, supporting fair labour practices, and advocating for policies that protect the environment.
Another critical aspect of making the world a better place is environmental stewardship. The Church recognizes the moral imperative to care for creation, as articulated in Pope Francis’s encyclical “Laudato Si’.” This document calls for a collective effort to address environmental degradation and climate change, urging Catholics to adopt sustainable practices and advocate for policies that protect the planet for future generations. By fostering a sense of responsibility towards the environment.
Education plays a vital role in shaping individuals who are committed to making a positive impact. Education must begin from home, and parents play the most important role to educate their children in their young age. Instilling values of compassion, integrity and service in children and youths in the family and also in the catechetical classes. Catholic institutions and organizations play the important role to prepare future leaders who are equipped to tackle societal challenges. This holistic approach to education is essential for nurturing a generation that prioritizes the common good and seeks to create a better world.
In his general audience at Vatican on Dec 30 2020, Pope Francis emphasizes the importance of recognizing our shared humanity and acting with gratitude and kindness as fundamental ways to make the world a better place. He encourages individuals to see each other as kin, promoting a sense of brotherhood and sisterhood among all people. He also highlights the role of gratitude in leading an authentic Christian life. He believes that being “bearers of gratitude” can significantly contribute to improving the world. By expressing thanks and appreciation, individuals can cultivate a positive environment that encourages kindness and generosity.
In his encyclical “Fratelli Tutti,” Pope Francis articulates a vision of global fraternity, where everyone is called to work together for the common good. He stresses that building a better world requires collective effort and a commitment to social justice, urging people to act with compassion and to advocate for the marginalized. He emphasizes that in the common home we all live as one family and proposes concrete actions to restore the world. He speaks of the dark clouds that are looming over the world today. The paths of hope that will lead us out of these dark clouds consist of Love, Justice, and Solidarity. These three virtues are sprinkled throughout the Encyclical, which gives us some insight into the social teaching of the Church applied to concrete situations.
During this Jubilee Year of Hope, Pope Francis calls us to be pilgrims of hope, and he encourages everyone to choose love in a world beset with wars, social injustices, and various forms of violence. “We choose love, and love makes our hearts fervent and hopeful. “Love can be expressed in kindness, he says, “that opens hearts to acceptance and helps us to become more humble.” Humility, he continues, “lends itself to dialogue, helps us to overcome misunderstandings, and generates gratitude.”
It is undeniable that to make the world a better place is very difficult to achieve. For some people it is impossible to achieve. Jesus told His disciples; “With man it is impossible, but not with God. For all things are possible with God.” (Mk 10:27). These words of Jesus give us hope to do the impossible tasks if we have faith and put our trust in Him. Jesus said; “For truly, I say to you, if you have faith like a grain of mustard seed, you will say to this mountain, ‘move from here to there,’ and it will move, and nothing will be impossible for you.” (Matt 17:20). The Lord assured us that with God all things are possible. We can make the world a better place by the grace of God. We pray that the Holy Spirit inspires all Christians to be agents of peace, justice, and compassion, transforming the world into a reflection of God’s kingdom.
Prepared by
Fr Boniface Kimsin
Tema Minggu Kateketikal tahun ini memberi kita soalan yang sangat mencabar sekali: Sebagai umat Kristian apakah yang dapat kita lakukan untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik? Kita dengar nasihat rasul Paulus; “Tiap-tiap seorang daripada kamu janganlah menjaga kepentingan diri sahaja, jagalah juga kepentingan orang lain.”(Flp 2:4). Paulus mendesak umat Kristian di Filipi supaya mengasihi satu sama lain. Dalam ayat empat, dia memberi penekanan bahawa sebagai orang Kristian kita seharusnya tidak mementingkan diri sendiri. Kita harus prihatin terhadap keperluan orang lain dan bukan hanya mementingkan keperluan peribadi kita. Dalam erti kata lain, kita bersedia berkongsi dengan sesama dan ambil peduli terhadap orang lain.
Dalam perspektif Katolik usaha menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih baik adalah berdasarkan pada ajaran Tuhan Yesus dalam Kitab Suci dan ajaran Gereja yang memberi penekanan pentingnya cinta kasih, pelayanan dan tanggunjawab moral. Ia mendorong setiap individu supaya melibatkan diri secara aktif dalam komuniti serta memupuk semangat belas kasihan dan keadilan. Perintah “saling mengasihi” (Yoh 13:34) merupakan intipati ajaran Katolik. Katekismus Gereja Katolik menekankan bahawa mengasihi sesama tidak dapat dipisahkan daripada mengasihi Allah (KGK.1878). Umat Katolik diajak untuk mempromosikan keadilan sosial, serta bagaimana mengatasi punca utama kemiskinan, ketidaksamarataan dan keganasan. Gereja mengajarkan bahawa keadilan sebenar melangkawi amal kasih, ia memerlukan perubahan secara sisitematik, melibatkan proses politikal, menyokong amalan buruh yang adil, dan berjuang untuk dasar-dasar yang melindungi alam sekitar.
Satu lagi aspek kritikal untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik adalah penjagaan alam sekitar. Gereja mengakui kewajiban moral untuk menjaga ciptaan Tuhan, seperti yang dinyatakan dalan ensiklik Paus Fransiskus “Laudato Si”. Dokumen ini menggesa usaha bersama untuk menangani kemerosotan alam sekitar dan perubahan iklim, menyeru umat Katolik untuk melaksanakan amalan mampan dan menyokong dasar-dasar yang melindungi bumi ini untuk generasi yang akan datang. Dengan memupuk sikap bertanggungjawab terhadap alam sekitar.
Pendidikan memainkan peranan penting dalam membentuk individu yang komited untuk memberi impak positif. Pendidikan harus bermula dari rumah, dan ibu bapa memainkan peranan paling penting untuk mendidik anak-anak mereka di usia muda. Menanamkan nilai-nilai belas kasihan, integriti dan melayani dalam kalangan kanak- kanak dan belia dalam keluarga dan juga di kelas kateketikal. Institusi dan organisasi Katolik memainkan peranan penting untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang bersedia untuk menangani cabaran-cabaran kemasyarakata. Pendekatan holistik terhadap pendidikan ini adalah penting untuk memupuk generasi yang mengutamakan kebaikan bersama dan berusaha untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.
Dalam pertemuan umumnya di Vatican pada 30 Dis 2020, Paus Fransiskus menekankan kepentingan untuk mengakui kemanusiaan kita bersama dan bertindak dengan sikap bersyukur dan kebaikan sebagai dasar untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Beliau menggalakkan setiap individu untuk melihat satu sama lain sebagai saudara, mempromosikan semangat persaudaraan di kalangan semua orang.
Beliau juga menekankan sikap bersyukur sebagai amalan hidup Kristian yang tulen. Beliau percaya bahawa dengan amalan “sikap bersyukur” dapat menyumbang untuk memperbaiki dunia dengan ketara. Dengan ungkapkan terima kasih dan penghargaan, setiap individu dapat memupuk persekitaran yang positif yang menggalakkan kebaikan dan kemurahan hati.
Dalam ensikliknya “Fratelli Tutti,” Paus Fransiskus menjelaskan visi persaudaraan global, di mana semua orang dipanggil untuk bekerjasama demi kebaikan bersama. Beliau menekankan bahawa membina dunia yang lebih baik memerlukan usaha kolektif dan komitmen terhadap keadilan sosial, menggesa orang ramai untuk bertindak dengan belas kasihan dan membela golongan yang terpinggir. Beliau menekankan bahawa dalam rumah kita bersama semua hidup sebagai satu keluarga dan mencadangkan tindakan konkrit untuk memulihkan dunia. Beliau bercakap tentang awan gelap yang membayangi dunia hari ini. Jalan harapan yang akan membawa kita keluar dari awan gelap ini adalah Cinta Kasih, Keadilan, dan Solidariti. Ketiga-tiga nilai-nilai murni ini di temui di seluruh Ensiklik, yang memberi kita sedikit gambaran mengenai ajaran sosial Gereja yang diterapkan dalam situasi-situasi konkrit.
Dalam Tahun Jubili Harapan ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk menjadi peziarah harapan, dan beliau menggalakkan semua orang untuk memilih cinta kasih dalam dunia yang dilanda peperangan, ketidakadilan sosial, dan pelbagai bentuk keganasan. “Kita memilih cinta kasih, dan cinta kasih membuat hati kita bersungguh- sungguh dan penuh harapan.” Cinta kasih boleh diungkapkan melalui kebaikan hati, katanya, “yang membuka hati untuk penerimaan dan membantu kita menjadi lebih bersikap rendah hati.” Kerendahan hati, sambungnya, “membawa kita untuk berdialog, membantu kita mengatasi salah faham, dan mewujudkan sikap bersyukur.
Tidak dapat dinafikan bahawa untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik adalah sangat sukar untuk dicapai. Bagi sesetengah orang ia adalah mustahil untuk dicapai. Yesus menyatakan kepada para murid-Nya; “Bagi manusia hal itu mustahil, tetapi tidak bagi Allah; tidak ada satu pun yang mustahil bagi Allah.” (Markus 10:27). Kata-kata Yesus ini memberi kita harapan untuk melakukan tugas yang mustahil jika kita mempunyai iman dan menaruh kepercayaan kita kepada Allah. Yesus berkata; “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sawi, kamu dapat berkata kepada gunung ini, ‘Beralihah ke situ! maka gunung itu akan beralih. Tidak ada satu pun yang mustahil bagi kamu.” (Matius 17:20). Tuhan memberi kita jaminan bahawa dengan kuasa Allah segala sesuatu adalah mungkin. Kita dapat menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik dengan rahmat Allah. Kita berdoa agar Roh Kudus memberi inspirasi kepada semua orang Kristian untuk menjadi ajen keamanan, keadilan, dan belas kasihan, untuk mengubah dunia menjadi reflexi Kerajaan Allah.
Disediakan oleh
Fr Boniface Kimsin